"Dan kami hadapi segala amal yang mereka kerjakan, lalu kami jadikan amal itu (bagaikan) debu yang berterbangan."


Langkah,
sayup gemuruh senja yang keruh
takkala garis nasib melengkung di ujung gerimis
memilih cakrawala serintik tak berlapis awan menjulang
kembali burung-burung selatan pada sepucuk ilalang rindu

Rezeki,
ucap pertama lalu pengampunan berbisik
suci menadah penyesalan
kurenung keikhlasan
menemui
-Mu

Pertemuan,
di akhir tahun dengan sembari nyanyian sepi
pagi menembus tabir-tabir sunyi
petang menempuh buana doa
malam menjelma penjara
menepi di ujung
letih

takdir mengerti
di akhir titik
:Mati

"Aku hanya sekedar memastikan pada jiwaku, bahwa keindahan-keindahan itu tetap ada dan tetap hidup serta bersemayam dalam kesunyian ragaku. Sekiranya hati itu harus merangkak dalam selubung kabut kegetiran atau pun berada dalam kematian panjang, penderitaanlah yang menuntun jiwaku semakin tegar dan bisa bertahan di sampai hari ini. - Duka Cita - Keluh Pesah - Kesedihan - Gelak tawa kebahagian sungguhku tak bisa di pungkiri rasa itu ."

Kamis, Januari 29, 2009

Betina Api

Pernah sekali waktu kutandai lekukmu
Seperti nelayan menandai lubuk ikan
Lalu di landai harum teluk kau bergayut saling berpagut
Ketika itu ombak-ombak belum mengamuk
Tapi seiring waktu kau mulai menyuburkan lamun bisa
Menjelma ikan pari, hiu gergaji dan juga duri babi
Menikam dan menggerogotiku hingga pasi hampir mati
Kini pada jarak waktu dan rentang nasib yang menjauhkan
Kau masih terus mengirim tuba berharap aku binasa
Gumparan angin menjelma teluh dari matamu menyala api
Memaki-maki segala caci betina api tak berhati
Jika masih punya mungkin sehitam kenari begitu duri
Masa lalu bagiku adalah keindahan yang patut dikenang
Meski kadang terbaca garam tak pernah ada kata sesal
Namun hari terus kau tikam dengan tajam duri babi
Lalu sekujur menjadi hitam penuh bisa dari muka hingga ke siksa
*Banda Aceh, 29 Januari 2009