"Dan kami hadapi segala amal yang mereka kerjakan, lalu kami jadikan amal itu (bagaikan) debu yang berterbangan."


Langkah,
sayup gemuruh senja yang keruh
takkala garis nasib melengkung di ujung gerimis
memilih cakrawala serintik tak berlapis awan menjulang
kembali burung-burung selatan pada sepucuk ilalang rindu

Rezeki,
ucap pertama lalu pengampunan berbisik
suci menadah penyesalan
kurenung keikhlasan
menemui
-Mu

Pertemuan,
di akhir tahun dengan sembari nyanyian sepi
pagi menembus tabir-tabir sunyi
petang menempuh buana doa
malam menjelma penjara
menepi di ujung
letih

takdir mengerti
di akhir titik
:Mati

"Aku hanya sekedar memastikan pada jiwaku, bahwa keindahan-keindahan itu tetap ada dan tetap hidup serta bersemayam dalam kesunyian ragaku. Sekiranya hati itu harus merangkak dalam selubung kabut kegetiran atau pun berada dalam kematian panjang, penderitaanlah yang menuntun jiwaku semakin tegar dan bisa bertahan di sampai hari ini. - Duka Cita - Keluh Pesah - Kesedihan - Gelak tawa kebahagian sungguhku tak bisa di pungkiri rasa itu ."

Rabu, Januari 07, 2009

Sepenggal Kisah

menyepi di jembatan dengan sorot mata memandang ke bawah. terdengar derasnya desiran ombak, bagai tetesan air mata rindu. sembari melihat bayanganmu.

disudut tiang sepi itu aku bersandar, lalu air laut menjelma menjadi kenangan perlahan menjauh dari bukit karang. seperti tak pernah lelah menghempas kisah kita.

ketika kegalauan datang mendera, dengan gelap sunyi. senyap tiada beda. serasa melanda kegelisahan hati. kalau pun tujuh purnama mampu menerangi hati. tapi sungguh, kemana belahan hati dibagi ?

ini sepenggal kisah kau beri padaku, takkala sakit hadir
aku: tak pernah mengejar pengakuan dosa

Banda Aceh ujung , Januari 2009