"Dan kami hadapi segala amal yang mereka kerjakan, lalu kami jadikan amal itu (bagaikan) debu yang berterbangan."


Langkah,
sayup gemuruh senja yang keruh
takkala garis nasib melengkung di ujung gerimis
memilih cakrawala serintik tak berlapis awan menjulang
kembali burung-burung selatan pada sepucuk ilalang rindu

Rezeki,
ucap pertama lalu pengampunan berbisik
suci menadah penyesalan
kurenung keikhlasan
menemui
-Mu

Pertemuan,
di akhir tahun dengan sembari nyanyian sepi
pagi menembus tabir-tabir sunyi
petang menempuh buana doa
malam menjelma penjara
menepi di ujung
letih

takdir mengerti
di akhir titik
:Mati

"Aku hanya sekedar memastikan pada jiwaku, bahwa keindahan-keindahan itu tetap ada dan tetap hidup serta bersemayam dalam kesunyian ragaku. Sekiranya hati itu harus merangkak dalam selubung kabut kegetiran atau pun berada dalam kematian panjang, penderitaanlah yang menuntun jiwaku semakin tegar dan bisa bertahan di sampai hari ini. - Duka Cita - Keluh Pesah - Kesedihan - Gelak tawa kebahagian sungguhku tak bisa di pungkiri rasa itu ."

Jumat, Mei 15, 2009

gerak bulan semakin mesra mengajakku pulang

gerak bulan semakin mesra mengajakku pulang. melangkah menyusuri bintang ke bintang. mencari sosok keindahan metafora malam, dalam setiap perjalanan, dalam setiap kisah, mengakhiri setiap roman cerita. semilir angin melukiskan kerinduan embun pada padang rumput yang basah.

gerak bulan semakin mesra mengajakku pulang. heningnya wajah kota menyelimuti sunyi, tertata rapi bangunan tua, menjadi saksi bisu hikayat cinta. muram mataku menyusun kembali memori terlupakan oleh kenangan. seolah memiliki nikmat mereguk kisah, dalam menggilas lembar mimpi yang dingin.