"Dan kami hadapi segala amal yang mereka kerjakan, lalu kami jadikan amal itu (bagaikan) debu yang berterbangan."


Langkah,
sayup gemuruh senja yang keruh
takkala garis nasib melengkung di ujung gerimis
memilih cakrawala serintik tak berlapis awan menjulang
kembali burung-burung selatan pada sepucuk ilalang rindu

Rezeki,
ucap pertama lalu pengampunan berbisik
suci menadah penyesalan
kurenung keikhlasan
menemui
-Mu

Pertemuan,
di akhir tahun dengan sembari nyanyian sepi
pagi menembus tabir-tabir sunyi
petang menempuh buana doa
malam menjelma penjara
menepi di ujung
letih

takdir mengerti
di akhir titik
:Mati

"Aku hanya sekedar memastikan pada jiwaku, bahwa keindahan-keindahan itu tetap ada dan tetap hidup serta bersemayam dalam kesunyian ragaku. Sekiranya hati itu harus merangkak dalam selubung kabut kegetiran atau pun berada dalam kematian panjang, penderitaanlah yang menuntun jiwaku semakin tegar dan bisa bertahan di sampai hari ini. - Duka Cita - Keluh Pesah - Kesedihan - Gelak tawa kebahagian sungguhku tak bisa di pungkiri rasa itu ."

Rabu, Desember 17, 2008

Pesan Indatu

Do kuda idang
Bak Keutapang di teungoh nanggroe
Oh rajek gata hai ulee balang
Jak tulong prang bila nanggroe
Jak kutimang prak
Boh ate nyak beurijang raya
Bek tasurot meung sitapak
Oh meurompak ngon musoh ja


Lebih mesra titir burung di dahan yang di bawahnya aliran sungai yang pasti ke kuala, dengan bahasa kebahagian di waktu senja. Lembayung memilih jalan mentari sebagai sirna berganti hening malam.
Ketika malaikat turun berganti tugas dengan sayap rahmatnya melihat pencari surga melepaskan segala penat aktifitas , sementara bidadari lantunkan gurindam pujian bak rebana penuh gemuruh hentakan balutan sutera putih dari nirwana menyelimuti para pencari rahmat.

Seperti dipacu waktu, dikejar masa, di nanti galauan mendera kegelisahan hati melanda jiwa risau resah gelisah duka lara nestapa.

Di alam kehidupan manusia menelungkup menelan penyesalan di ranjang bambu, belum reda mengerang meringis was-was mengaduh kesakitan luka jalan, Jangan salahkan orang lain pintu masukmu kau lewat belakang mengapa?
Seakan depan hanya cermin bagi pikirmu jalur khusus belum tentu lurus kau pontang panting bingung kesandung cobaan, pikirkan lebih jauh pertimbangkan sebelum melangkah di buas harimau hati. Sebelum menelan kepahitan jalur khusus belum tentu lurus patut di waspadai !


Rajutkan getir
Bersama jaluran takdir

Di pakai nya
Mahkota fikir
Di letakan nya
Permata hati

Dirajutnya
Sobekan rasa
Jaringan demi jaringan
Luka
Antara tusukan jarum
Pilu

Di gumpalnya benang masa
Kusut bergelombang
Dengan jalinan takdir

Dirajut duka
Bersulam cinta

Seulas senyuman yang hadir dibalik topeng malam mu, bak lubang bagai kostum mimpiku. Seakan jejak yang hadir setiap perenungan hendak kemana pemburu cinta mencari segelas anggur untuk menemani hening malam?

Yang sekan keindahan dayang-dayang memasuki pintu gerbangnya, terlihat beberapa tiang jiwa penyanggah yang kokoh menjulang tinggi sampai ke tebing raga yang sendu. Dan bola lampu hias yang berpendar indah menghias dan menerangi seisi bangunan kasih.

Telah bahagia kurasakan dari kartu gelapanmu yang getir, bila jiwaku mampu mengukir dan menghampiri keindahan ini di setangkup bahagia derai air mata di tengah pasar malam yang gundah menunggu sebait irama di bibirmu.