"Dan kami hadapi segala amal yang mereka kerjakan, lalu kami jadikan amal itu (bagaikan) debu yang berterbangan."


Langkah,
sayup gemuruh senja yang keruh
takkala garis nasib melengkung di ujung gerimis
memilih cakrawala serintik tak berlapis awan menjulang
kembali burung-burung selatan pada sepucuk ilalang rindu

Rezeki,
ucap pertama lalu pengampunan berbisik
suci menadah penyesalan
kurenung keikhlasan
menemui
-Mu

Pertemuan,
di akhir tahun dengan sembari nyanyian sepi
pagi menembus tabir-tabir sunyi
petang menempuh buana doa
malam menjelma penjara
menepi di ujung
letih

takdir mengerti
di akhir titik
:Mati

"Aku hanya sekedar memastikan pada jiwaku, bahwa keindahan-keindahan itu tetap ada dan tetap hidup serta bersemayam dalam kesunyian ragaku. Sekiranya hati itu harus merangkak dalam selubung kabut kegetiran atau pun berada dalam kematian panjang, penderitaanlah yang menuntun jiwaku semakin tegar dan bisa bertahan di sampai hari ini. - Duka Cita - Keluh Pesah - Kesedihan - Gelak tawa kebahagian sungguhku tak bisa di pungkiri rasa itu ."

Rabu, Desember 10, 2008

Petaka Langit

Tuhan marahkah kau padaku
Inikah akhir duniaku
Kau hempaskan jarimu di ujung banda
Tercenganglah seluruh dunia

Tuhan mungkin Kau abaikan
Tak ku dengarkan peringatan
Kusakiti engkau sampai perut bumi

Maafkan kami ya robbi

Engkau yang perkasa pemilik semesta
Biarkanlah kami songsong matahari

Engkau yang pengasih ampunilah dosa
Memang semua ini kesalahan kami

Oh... Tuhan ampuni kami
Ou..oh... Tuhan tolonglah kami
Tuhan ampuni kami
Tuhan tolonglah kami

Indonesia Menangis
oleh:
Sherina


:Aceh 26 Desember 2004:

Hari Minggu, 26 Desember 2004 saat itu ibu pertiwi berduka dan alam sedikit mengetuk tanda kebesaran NYA hingga Indonesia menangis.



Berlarian bagai jejeran semut senja
Panik sembraut wajah yang kosong
Sejuta mimpi tertatih langkah
Menapak jarak terentang-rentang

Mengayun . .

Mengulung Ombak lara kepedihan

Mencari arah dan tujuan berusaha lepas dari petaka langit, "dimana kau bisa bersembunyi dari azab kecil-KU". Gelap serasa mencekam tanpa kicau burung tanpa gemirisik dedaunan yang terdengar hanya deru air yang menderas mendung semakin mencekam seakan mengancam alam pesona mu Serambi Mekah.

lembut nian tanda-tanda selendangku kan?
merebah, menghampiri, menyapa duhai kau durjana. .

ini kemurkaan-Ku !!

Maka saksikanlah “Inilah Murka sekaligus Rahmat-Ku”.

Maka saksiakanlah “Inilah kemahakusaan dan Kebesaran-Ku”

Maka saksikanlah “Inilah Kehendak-Ku, yang tak terbantahkan oleh apa pun juga”

Apakah engkau sudah tak lagi mengharapkan rahmat dan ridha-Ku ?

hidup terus hidup tanpa lari dari putaran waktu yang mengulas kehidupan, merasuk kering dalam sumsum nafsu menusuk hati mengiris hati yg membatu hingga menerka-nerka Izrail datang.