"Dan kami hadapi segala amal yang mereka kerjakan, lalu kami jadikan amal itu (bagaikan) debu yang berterbangan."


Langkah,
sayup gemuruh senja yang keruh
takkala garis nasib melengkung di ujung gerimis
memilih cakrawala serintik tak berlapis awan menjulang
kembali burung-burung selatan pada sepucuk ilalang rindu

Rezeki,
ucap pertama lalu pengampunan berbisik
suci menadah penyesalan
kurenung keikhlasan
menemui
-Mu

Pertemuan,
di akhir tahun dengan sembari nyanyian sepi
pagi menembus tabir-tabir sunyi
petang menempuh buana doa
malam menjelma penjara
menepi di ujung
letih

takdir mengerti
di akhir titik
:Mati

"Aku hanya sekedar memastikan pada jiwaku, bahwa keindahan-keindahan itu tetap ada dan tetap hidup serta bersemayam dalam kesunyian ragaku. Sekiranya hati itu harus merangkak dalam selubung kabut kegetiran atau pun berada dalam kematian panjang, penderitaanlah yang menuntun jiwaku semakin tegar dan bisa bertahan di sampai hari ini. - Duka Cita - Keluh Pesah - Kesedihan - Gelak tawa kebahagian sungguhku tak bisa di pungkiri rasa itu ."

Kamis, Januari 22, 2009

Demi Angin

demi angin yang menebar rasa hampa, katakan padaku sepi telah menjadi sia-sia. lalu serangkum mimpi menepaki sepenggal kerinduam pada sungai dan muara yang tak bertemu. begitu jingga kabut nya, berbaur alunan nestapa menghanyutkan diri.
demi angin ajari aku, menjahit sobekan hati di ujung lepi saat luka menggapai tirainya. mengalir secerca darah bercampur air mata. kental bergumpal di rajutnya duka bersulam cinta.
demi angin sampaikan salam gerimisku, merinai di celah hati. ada nasib lenyap di muara tak bertemu . ada pula cobaan sirna di bukit janji dan ada pula bala sobek, tergantung di lengkung selajur pelangi.
demi angin mengajakku, bercerita tentang kesunyian. perih menikam jantung sanubari menguntai kata dalam pelarian memeluk
bayangmu.