"Dan kami hadapi segala amal yang mereka kerjakan, lalu kami jadikan amal itu (bagaikan) debu yang berterbangan."


Langkah,
sayup gemuruh senja yang keruh
takkala garis nasib melengkung di ujung gerimis
memilih cakrawala serintik tak berlapis awan menjulang
kembali burung-burung selatan pada sepucuk ilalang rindu

Rezeki,
ucap pertama lalu pengampunan berbisik
suci menadah penyesalan
kurenung keikhlasan
menemui
-Mu

Pertemuan,
di akhir tahun dengan sembari nyanyian sepi
pagi menembus tabir-tabir sunyi
petang menempuh buana doa
malam menjelma penjara
menepi di ujung
letih

takdir mengerti
di akhir titik
:Mati

"Aku hanya sekedar memastikan pada jiwaku, bahwa keindahan-keindahan itu tetap ada dan tetap hidup serta bersemayam dalam kesunyian ragaku. Sekiranya hati itu harus merangkak dalam selubung kabut kegetiran atau pun berada dalam kematian panjang, penderitaanlah yang menuntun jiwaku semakin tegar dan bisa bertahan di sampai hari ini. - Duka Cita - Keluh Pesah - Kesedihan - Gelak tawa kebahagian sungguhku tak bisa di pungkiri rasa itu ."

Senin, Januari 19, 2009

sejuta mimpi telah pergi

Sejuta mimpi telah pergi ,meninggalkan setangkup biur-biur kekecewaan yang di ikuti kesedihan dan kehampaan bertapak tilas rinainya kenangan. mencoba menghentikan waktu yang berputar hingga akhirnya timbulkan luka yang dalam lalu robek,menganga dan goresan itu makin lebam,membiru,mengunci rapat relung hati.

Sepi itu bersandar kemenungan menopang dagu sembari mengepulkan asap rokok mengisyarakatkan sebuah sandi keraguan bersama itu pula sang malam senang tiasa menjanjikan kebahagian tertunda.

Tangisan menyayat pilu, darah berdesir selubung kabut merah yang derai hujan menyatu air mata. seperti musafir terdampar di padang pasir,meronta dan kehausan mengharap seteguk air dari sepenggal kisah yang berlalu.atau, seperti batu terhimpit di celah-celah goa berteman gemericik janji yang telah sirna.meskipun terlantar di ujung ilalang malam ancang-ancang mengangankan ego silam salami lembutnya embun sepi merebah sunyi.