"Dan kami hadapi segala amal yang mereka kerjakan, lalu kami jadikan amal itu (bagaikan) debu yang berterbangan."


Langkah,
sayup gemuruh senja yang keruh
takkala garis nasib melengkung di ujung gerimis
memilih cakrawala serintik tak berlapis awan menjulang
kembali burung-burung selatan pada sepucuk ilalang rindu

Rezeki,
ucap pertama lalu pengampunan berbisik
suci menadah penyesalan
kurenung keikhlasan
menemui
-Mu

Pertemuan,
di akhir tahun dengan sembari nyanyian sepi
pagi menembus tabir-tabir sunyi
petang menempuh buana doa
malam menjelma penjara
menepi di ujung
letih

takdir mengerti
di akhir titik
:Mati

"Aku hanya sekedar memastikan pada jiwaku, bahwa keindahan-keindahan itu tetap ada dan tetap hidup serta bersemayam dalam kesunyian ragaku. Sekiranya hati itu harus merangkak dalam selubung kabut kegetiran atau pun berada dalam kematian panjang, penderitaanlah yang menuntun jiwaku semakin tegar dan bisa bertahan di sampai hari ini. - Duka Cita - Keluh Pesah - Kesedihan - Gelak tawa kebahagian sungguhku tak bisa di pungkiri rasa itu ."

Minggu, Januari 18, 2009

terkubur di rona kenangan

terkubur di rona kenangan membuat mengerti hidup.rindu yang tak pernah usai.mengisyaratkan duka diujung lepi kelopak bunga tidur.walau pun luka kecil menjadi kebersamaan memilukan, cumbu waktu yang sebentar.dan perjalanan terasa begitu egois meninggalkan kisah setangkup rindu dalam rinainya, mengepak sunyi,menghirup ujung lelah terang menjadi kelabu.

sementara aku laki-laki yang sibuk berlari dari kesedihan yang tertinggal kecewa tak berarah. dan menunjukan diri relakan mengecap pengecut yang tak mampu menerima kenyataan bahwa kebahagian lebih memilih berlari mengejar mimpi.

lalu malam, sesekali merengkuh dalam pelukan nafas kirana bercerita tentang harapan cinta yang tertunda. seakan purnama menerawang menjelma bayangan gusar, gelisah, hampa, memuja penderitaan.

kemudian kisah terkoyak ditelan badai hati ,menghempaskan janji suci,mengamuk disamudra sunyi dan redup untuk dikecupi.

sampai pula desir angin enggan menyampaikan kelu pilu yang tertarik garis sandi berpisah. menyisakan rasa sari pati pahit, sedikit air mata berkabut putih pada wajah seribu kata ragu.

dan hidup terus hidup tanpa hari dan waktu menghapus memori yang tersesat. aku tak menyangka begitu mudahnya, kata itu meluncur dengan lancarnya. namun hanya dalam hitungan detik saja dia meninggalkanku dalam kegelapan malam.