"Dan kami hadapi segala amal yang mereka kerjakan, lalu kami jadikan amal itu (bagaikan) debu yang berterbangan."


Langkah,
sayup gemuruh senja yang keruh
takkala garis nasib melengkung di ujung gerimis
memilih cakrawala serintik tak berlapis awan menjulang
kembali burung-burung selatan pada sepucuk ilalang rindu

Rezeki,
ucap pertama lalu pengampunan berbisik
suci menadah penyesalan
kurenung keikhlasan
menemui
-Mu

Pertemuan,
di akhir tahun dengan sembari nyanyian sepi
pagi menembus tabir-tabir sunyi
petang menempuh buana doa
malam menjelma penjara
menepi di ujung
letih

takdir mengerti
di akhir titik
:Mati

"Aku hanya sekedar memastikan pada jiwaku, bahwa keindahan-keindahan itu tetap ada dan tetap hidup serta bersemayam dalam kesunyian ragaku. Sekiranya hati itu harus merangkak dalam selubung kabut kegetiran atau pun berada dalam kematian panjang, penderitaanlah yang menuntun jiwaku semakin tegar dan bisa bertahan di sampai hari ini. - Duka Cita - Keluh Pesah - Kesedihan - Gelak tawa kebahagian sungguhku tak bisa di pungkiri rasa itu ."

Senin, April 06, 2009

Lakon-Lakon Suara



/1/
ranting baru saja mengering
bimbang mengakhiri musim
menyematkan kenangan
pekat di ujung bibir
kemarin lukanya sudah mengering
melihat perih berdampingan dan setia
melangkah sakit
tanpa menoleh luka
baru saja menunggumu
perih juga mengering

/2/
sunyi menyuguhkan secawan airmata
enggan tuk pergi dari kais wajahmu
menatap saja dalam bisu:gejolak rindu
merambahi setiap perjalanan
mengajariku jalan pulang
pada catatan usang tak berujung
gemetar kehilangan
pertanyaan-pertanyaan
:kalimat birahi

/3/
terasa asing bukan?
jemarimu mengenggam erat jariku
helaian nafasmu
tawarkan sekuntum mimpi untukku
berapa harga selembar daun untuk mengukir masa?
:tergantung keriput menisankan nama cinta