
benarkah sepi merasakan bahagianya?
melenggang memainkan luka
berdiri, menepis lengan
terengah-engah mengeja kata rindu
“sekar, jangan bersuara
benih yang kita rindukan tersesat
di sela kabut pecahan rahim janjimu”
(dan ini bukan kita saja:jangan kau tanya mengapa)
jeritan pena tergelincir pada serangkaian gerimis
alasan sepi, menitipkan desah bahagia
kelak engkau kan mengerti
namun tak ada lagi punya makna