
Lukaku terselip di kerudungmu , nona. terurai kenangan tak menyisakan tempat. menanam benih duka. namun di tenggorokanmu ada sepotong mimpi luruh subuh tadi, menyirat bersama sunyi dicumbui goresan sepi, tak bisa berucap , saat kau meneguk embun pagi. jatuh berderai, dalam bentuk rinai , di gerimis hati. Lukaku terselip di kerudungmu, nona. semakin rapat tertutupi janji. tersemat bau busuk di ujung leher,menghidu kasturi etika cinta. tiada cita, lenyap di garis tak bertepi. dan mengelus punggungmu, menjadi resah : merayu lekuk nasib memeluk kenyataan. Nona, lukaku terselip di kerudungmu. dijinjing dosa menanggung perih dan menghubung jasadku pada
Kebeninganmu. Sepertinya rambut ikalmu menempa luka itu, nona. berbalut kafan di kebumikan waktu, sampai kau sambut hidup baruku melanda kesepian. Lukaku terselip di kerudungmu, nona. mungkin tak berbekas kesengsaraan, andai saja kau sarungkan Kesetiaanmu.
Kebeninganmu. Sepertinya rambut ikalmu menempa luka itu, nona. berbalut kafan di kebumikan waktu, sampai kau sambut hidup baruku melanda kesepian. Lukaku terselip di kerudungmu, nona. mungkin tak berbekas kesengsaraan, andai saja kau sarungkan Kesetiaanmu.