"Dan kami hadapi segala amal yang mereka kerjakan, lalu kami jadikan amal itu (bagaikan) debu yang berterbangan."


Langkah,
sayup gemuruh senja yang keruh
takkala garis nasib melengkung di ujung gerimis
memilih cakrawala serintik tak berlapis awan menjulang
kembali burung-burung selatan pada sepucuk ilalang rindu

Rezeki,
ucap pertama lalu pengampunan berbisik
suci menadah penyesalan
kurenung keikhlasan
menemui
-Mu

Pertemuan,
di akhir tahun dengan sembari nyanyian sepi
pagi menembus tabir-tabir sunyi
petang menempuh buana doa
malam menjelma penjara
menepi di ujung
letih

takdir mengerti
di akhir titik
:Mati

"Aku hanya sekedar memastikan pada jiwaku, bahwa keindahan-keindahan itu tetap ada dan tetap hidup serta bersemayam dalam kesunyian ragaku. Sekiranya hati itu harus merangkak dalam selubung kabut kegetiran atau pun berada dalam kematian panjang, penderitaanlah yang menuntun jiwaku semakin tegar dan bisa bertahan di sampai hari ini. - Duka Cita - Keluh Pesah - Kesedihan - Gelak tawa kebahagian sungguhku tak bisa di pungkiri rasa itu ."

Minggu, April 05, 2009

sertakan aku dalam pelayaranmu, pelaut

:Lelaki Yang Menyetubuhi Laut

sertakan aku dalam pelayaranmu, pelaut. tetes gerimis mengajakku pulang. tiap arah saling sapa menyembunyikan kerinduan. mengantarkan sunyi, setelah kenangan terlampau jauh meninggalkanku. hanya, desiran ombak menghidu asinnya buih-buih samudera kisah. terlalu berat kulayari, merambat gelisah melarungkan bujur kaku penantian.

kemudian angin menjelma bahasa kesetiaan. yang, memaksaku harus ikut berlayar di kapalmu. menuju dermaga waktu. persinggahan mengenang sebuah nama. mencatat lembar-lembar luka, tersimpan pedih di terumbu airmata. mutiara pun menyematkan duka suci itu.

lalu laut membenamkan angan ke dasarnya, hempaskan pesan tak bertepi, hanyutkan seribu satu kisah ranting kering pada sela kabut purnama. tertutup pekat badai.misteri tenggelamnya bunga tidur.

berbekal doa sertakan aku dalam pelayaranmu

pelaut.