"Dan kami hadapi segala amal yang mereka kerjakan, lalu kami jadikan amal itu (bagaikan) debu yang berterbangan."


Langkah,
sayup gemuruh senja yang keruh
takkala garis nasib melengkung di ujung gerimis
memilih cakrawala serintik tak berlapis awan menjulang
kembali burung-burung selatan pada sepucuk ilalang rindu

Rezeki,
ucap pertama lalu pengampunan berbisik
suci menadah penyesalan
kurenung keikhlasan
menemui
-Mu

Pertemuan,
di akhir tahun dengan sembari nyanyian sepi
pagi menembus tabir-tabir sunyi
petang menempuh buana doa
malam menjelma penjara
menepi di ujung
letih

takdir mengerti
di akhir titik
:Mati

"Aku hanya sekedar memastikan pada jiwaku, bahwa keindahan-keindahan itu tetap ada dan tetap hidup serta bersemayam dalam kesunyian ragaku. Sekiranya hati itu harus merangkak dalam selubung kabut kegetiran atau pun berada dalam kematian panjang, penderitaanlah yang menuntun jiwaku semakin tegar dan bisa bertahan di sampai hari ini. - Duka Cita - Keluh Pesah - Kesedihan - Gelak tawa kebahagian sungguhku tak bisa di pungkiri rasa itu ."

Jumat, April 24, 2009

Menyemai Mimpi


begitu mesra birahi memuja lekuk tubuhmu
terlanjur hasrat menyulutkan rindu
serantai kisah menadah sebutir harapan
meresahkan angin menyampaikan pesan

entah pengakuan sepi semakin kusut
menatap bulan bercermin ke laut
sunyi menawan hati mengeja luka
terlalu perih merajut pintalan kata

aku ingin menyemai mimpi, membujur kaku di senyummu
bukankah surat darimu kebisuan kain putih berlapis kelabu
teramat jarang kubaca, sebagai isyarat janji melebur kekecewaan
semoga ini bukan kutukan puisi, dari lingkar jemari manis;kesetiaanku