"Dan kami hadapi segala amal yang mereka kerjakan, lalu kami jadikan amal itu (bagaikan) debu yang berterbangan."


Langkah,
sayup gemuruh senja yang keruh
takkala garis nasib melengkung di ujung gerimis
memilih cakrawala serintik tak berlapis awan menjulang
kembali burung-burung selatan pada sepucuk ilalang rindu

Rezeki,
ucap pertama lalu pengampunan berbisik
suci menadah penyesalan
kurenung keikhlasan
menemui
-Mu

Pertemuan,
di akhir tahun dengan sembari nyanyian sepi
pagi menembus tabir-tabir sunyi
petang menempuh buana doa
malam menjelma penjara
menepi di ujung
letih

takdir mengerti
di akhir titik
:Mati

"Aku hanya sekedar memastikan pada jiwaku, bahwa keindahan-keindahan itu tetap ada dan tetap hidup serta bersemayam dalam kesunyian ragaku. Sekiranya hati itu harus merangkak dalam selubung kabut kegetiran atau pun berada dalam kematian panjang, penderitaanlah yang menuntun jiwaku semakin tegar dan bisa bertahan di sampai hari ini. - Duka Cita - Keluh Pesah - Kesedihan - Gelak tawa kebahagian sungguhku tak bisa di pungkiri rasa itu ."

Jumat, Mei 01, 2009

Gamang Di Bibirmu


menjelang hari ulang tahun perkawinan kita
yang jatuhnya tepat pada dini hari nanti, kau
wanita setia penyulam nafasku dari celah-celah
bening alismu mengajariku caranya bersyukur

kini memasuki usia dua puluh empat tahun
kehadiranmu menemani bait-bait puisiku
melukiskan cemas, menata kata dalam menulis
makna kehidupan begitu roman kesederhana cinta

gamang di bibirmu menyimpan resah , mataku
mencuri pandang setiap gerak tubuhmu
bila kuingat tentang masa susah kita yang indah
mengembalikan catatan rindu terlupakan